Mengenang Babe Trimurti Wahyu, Kebanggaan Tidak Pernah Pensiun

Babe Trimurti Wahyu. (Twitter/@BCSxPSS_1976)

SUPERELJA.id - Sabtu, 17 Januari 2015. Seperti pagi sibuk biasanya di Jogja, jalanan ribut dengan klakson dan knalpot kendaraan yang berebut jalan untuk tiba lebih dulu di sekolah, madrasah, pasar pagi, dan kantor- kantor. Laju motor yang sejak pagi sudah menarik gas secepat mungkin untuk segera tiba di seberang Fakultas Kedokteran Universitas Gajah Mada, secepat kabar duka yang sampai melalui grup kami.

“Telah Meninggal Dunia, Sdr Trimurti Wahyu Widodo pada Setu Legi, 17 Januari 2015 pukul 07.00 WIB, semoga arwah almarhum diterima di Sisi Allah Swt….”

Kabar duka bagi kami bukanlah kabar geledek, mengingat kondisi Babe yang menurun dari sebelumnya. Namun, entah bagaimana selama beberapa detik dalam lamunan, di dalam pikiran kami masing-masing, suara Babe membawa kami kembali ke suasana tribun yang riuh dan emosional, sekaligus menangis kehilangan.

Ikatan emosi yang datang bak gambar bergerak di kepala tadi, nyatanya tidak pernah tumpah menjadi-jadi. Bahkan sampai hari ini, empat tahun selepas kepergiannya menuju keabadian. Yang tersisa malah kebanggaan, yang tidak pernah ia lepaskan sampai takdir menjemputnya.

Kebanggaan itu, barangkali dia titipkan pada chant yang menggema di udara, pada penabuh genderang, pada suara-suara yang hampir tidak pernah berhenti selama pertandingan.

Dibaca kembali dari cerita-cerita warung kopi, konon Babe menitipkan Sleman pada kami. Sebuah titipan yang tidak dapat sepenuhnya kami syukuri lantaran beban rasa cinta pada PSS Sleman, bersamaan dengan hasrat ingin menyaksikan kemenangan-kemenangan penting. Kalau perlu, momen menjadi juara, Aamin.

Pada kerumunan rumah duka, karangan bunga, pelayat, dan rasa kehilangan bercampur aduk. Terlihat dari kejauhan, beberapa perwakilan supporter saudara tua PSIM turut hadir melayat, terlebih rekan rekan Mataram Independent (Maident) sudah berkumpul untuk memberikan satu dua patah kata turut berduka.

Ini mungkin kebaikan yang Babe ciptakan bahkan di hari kematiannya. Bahwa virus damai antar supporter harus terus disebarkan.

Sesekali sambil menyalakan rokok, saya menatap dengan haru persaudaraan yang dapat kami lihat sebagai buah dari apa yang selama ini Babe kerjakan. Babe adalah kontribusi yang damai, pengarah, dan karyawan Sleman Fans yang tidak pernah ambil cuti atau bahkan pensiun. Selamat Jalan Babe, semoga cita- cita dan harapanmu selalu hidup abadi, Aamiin.

Kami dari jauh sudah cukup paham, bahwa Tribun Utara dan Tribun Selatan musti guyub rukun, agar PSS Sleman mendapat asupan dukungan yang total dan penuh. Semuanya paham, bahwa Babe merupakan marwah teladan untuk kelahiran keduanya, atau sebagai bapak/ayah yang membesarkannya anak-anaknya, merawatnya menjadi dua hal; Slemania dan Brigata Curva Sud (BCS).

Kamis, 17 Januari 2019.

Slemania Salam Satu Hati, BCS Ora Muntir..
Bianco Verde, Bianco Verde, Alee..

*Feature ini merupakan cerita dan buah pikiran Sleman Fans yang tidak berkenan disebutkan namanya untuk dituliskan kembali oleh penulis (Fallen Okta).

Post a Comment

0 Comments